05 Januari 2024

SKENARIO TERINDAH

Oleh : Resi Agustin*

         Mentari terbit di ujung timur dengan diselimuti awan yang mendung, hembusan angin pagipun kencang menerpa tubuh dan mengurai lembut rambut anak sulung itu, semangat yang terus mengekar tak menjadikan lelah menjadi alasan untuk terus menggali ilmu setinggi-tingginya.

Cepat-cepat ia memunguti buku-buku pelajarannya dan bergegas untuk pergi ke sekolah.

”Naya ayo cepat ini sudah jam setengah tujuh, nanti kamu telat ke sekolah”. teriak si nenek memanggil cucu kesayanganya untuk berangkat kesekolah

“Iya nek ini Naya udah siap berangkat”. jawab Naya sambil terburu-buru

Iapun segera meraih tangan neneknya untuk bersalaman, karena baginya nenek adalah sumber kebahagiaan dalam hidupnya.

*****

Namanya  Naya, dia adalah anak perempuan yang berusia 18 tahun yang sedang duduk di bangku SMA kelas akhir, Naya hanya hidup berdua dengan neneknya yang sudah berusia tua dan akhir-akhir ini si nenek sering sakit-sakitan, sedangkan kedua orang tua Naya mereka meninggalkan Naya sejak kecil kepada neneknya dan bahkan sampai saat ini Naya tidak tahu keberadaan mereka dimana, menurut Naya kedua orang tuanya sudah melupakan dan tidak peduli terhadap Naya. Namun dengan bersama si nenek Naya juga merasakan kasih sayang yang sama seperti kasih sayang dari kedua orang tuanya. Naya juga bukan anak yang pintar tapi Naya adalah anak yang rajin dan penurut, Naya memiliki tekad dan mimpi besar yang harus ia gapai.

“Jika ditanya soal cita-cita aku ingin jadi pramugari, aku ingin terbang dan mengelilingi dunia untuk mewujudkan mimpiku”. Ucapnya

Akan tetapi keinginanya hanya berujung khayal karena Naya sadar bahwa dirinya merupakan anak dari keluarga yang ekonominya rendah, Naya hanya menyembunyikan harapannya dalam-dalam berharap suatu saat nanti harapannya menjadi kenyataan.

*****

         Seiring berjalannya waktu ia berbincang-bincang dengan Sinta yang merupakan teman masa kecilnya.

“Ehhhh sadar gak sih Nay, bentar lagi kita udah mau lulus”. gumam sinta

“Iya nih sin, udah gak kerasa ya”. balas Naya

“Setelah lulus dari sini kamu mau lanjutin kemana?”. tanya Sinta

“Enggak sin, aku gak mau lanjut kuliyah”. sahut Naya dengan raut muka yang agak muram.

        Kring…. kring…. kring…. kring! bel sekolah berbunyi begitu kerasnya pertanda waktu pelajaran telah usai. Naya berpamitan pada sinta untuk pulang duluan, karena tadi siang Naya mendapat kabar bahwa penyakit neneknya kambuh. sesampainya dirumah Naya langsung membawa neneknya ke rumah sakit terdekat, lalu dokterpun mengatakan kalau neneknya harus dirawat inap disana.

***

       Keesokan harinya di sekolah teman-temannya mulai menanyakan keberadaan Naya.

“Eh kalian lihat Naya enggak?”. tanya Sinta pada teman sekelasnya

“Hmm…. gak tau sin biasanya kan bareng sama lo”. sahut teman-temannya

“Iya gue telfon gak di angkat, terus gue chat gak dibalas”. Ucap sinta lagi

“Coba deh lo lihat lagi, siapa tahu Naya chat lo sekarang”. Sinta pun merogoh handphonenya lalu memasang wajah cemas, setelah membaca pesan dari Naya. Sintapun bergegas mengambil tasnya lalu pergi kerumah sakit untuk menemui Naya disana, ternyata sesampainya disana Sinta melihat Naya yang sedang duduk lemas dan nampak matanya membengkak, sinta langsung menghampiri Naya dan langsung memeluk erat Naya sambil menangis sejadi-jadinya.

“Udah nay, yang sabar ya, Allah tahu kamu kuat kok”. kata sinta sambil mengelus Naya

“Gak bisa sin, naya gak bisa terima kenyataan ini, naya gak punya siapa-siapa lagi selain nenek”. Ucap Naya sambil menangis

“Kamu gak boleh bilang gitu, kan masih ada aku, aku akan selalu menjadi bahu untuk jadi sandaranmu” ucap Sinta kembali, namun Naya masih saja tidak terima dengan apa yang telah terjadi dan ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi.

Sinta tidak tega melihat kehidupan sahabatnya itu, ia paham betul perasaan yang sedang mencekam dalam dirinya, ia harus membuat sahabatnya kembali bangkit walau berada dalam kehidupan yang suram, kemudian Sinta membuka pelukan erat naya sambil menasehati nya dan menenangkan pikiran naya. Merekapun bersiap-siap untuk menuju pemakaman neneknya.

                                                                      *****         

         Seiring berjalannya waktu Naya dan Sinta pun lulus dari sekolahnya, masing-masing berjalan pada arah yang dituju mereka dengan scenario dari-Nya, Sinta menggapai keinginannya untuk kuliah sedangkan Naya bekerja untuk biaya hidup dan juga kuliahnya.

SEKIAN

*Siswi kelas XII MIPA


0 Komentar:

Posting Komentar