Oleh : Resi Agustin*
Mentari terbit di ujung timur dengan diselimuti
awan yang mendung, hembusan angin pagipun kencang menerpa tubuh dan mengurai
lembut rambut anak sulung itu, semangat yang terus mengekar tak menjadikan
lelah menjadi alasan untuk terus menggali ilmu setinggi-tingginya.
Cepat-cepat ia memunguti buku-buku pelajarannya dan
bergegas untuk pergi ke sekolah.
”Naya ayo cepat ini sudah jam setengah tujuh, nanti
kamu telat ke sekolah”. teriak si nenek memanggil cucu kesayanganya untuk
berangkat kesekolah
“Iya nek ini Naya udah siap berangkat”. jawab Naya sambil
terburu-buru
Iapun segera meraih tangan neneknya untuk bersalaman,
karena baginya nenek adalah sumber kebahagiaan dalam hidupnya.
*****
Namanya Naya, dia
adalah anak perempuan yang berusia 18 tahun yang sedang duduk di bangku SMA
kelas akhir, Naya hanya hidup berdua dengan neneknya yang sudah berusia tua dan
akhir-akhir ini si nenek sering sakit-sakitan, sedangkan kedua orang tua Naya
mereka meninggalkan Naya sejak kecil kepada neneknya dan bahkan sampai saat ini
Naya tidak tahu keberadaan mereka dimana, menurut Naya kedua orang tuanya sudah
melupakan dan tidak peduli terhadap Naya. Namun dengan bersama si nenek Naya
juga merasakan kasih sayang yang sama seperti kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Naya juga bukan anak yang pintar tapi Naya adalah anak yang rajin dan
penurut, Naya memiliki tekad dan mimpi besar yang harus ia gapai.
“Jika ditanya soal cita-cita aku ingin jadi pramugari,
aku ingin terbang dan mengelilingi dunia untuk mewujudkan mimpiku”. Ucapnya
Akan tetapi keinginanya hanya berujung khayal karena
Naya sadar bahwa dirinya merupakan anak dari keluarga yang ekonominya rendah, Naya
hanya menyembunyikan harapannya dalam-dalam berharap suatu saat nanti
harapannya menjadi kenyataan.
*****
Seiring berjalannya waktu ia
berbincang-bincang dengan Sinta yang merupakan teman masa kecilnya.
“Ehhhh sadar gak sih Nay, bentar lagi kita udah mau
lulus”. gumam sinta
“Iya nih sin, udah gak kerasa ya”. balas Naya
“Setelah lulus dari sini kamu mau lanjutin kemana?”. tanya
Sinta
“Enggak sin, aku gak mau lanjut kuliyah”. sahut Naya
dengan raut muka yang agak muram.
Kring…. kring…. kring…. kring! bel sekolah
berbunyi begitu kerasnya pertanda waktu pelajaran telah usai. Naya berpamitan
pada sinta untuk pulang duluan, karena tadi siang Naya mendapat kabar bahwa penyakit
neneknya kambuh. sesampainya dirumah Naya langsung membawa neneknya ke rumah sakit
terdekat, lalu dokterpun mengatakan kalau neneknya harus dirawat inap disana.
***
Keesokan harinya di sekolah
teman-temannya mulai menanyakan keberadaan Naya.
“Eh kalian lihat Naya enggak?”. tanya Sinta pada teman
sekelasnya
“Hmm…. gak tau sin biasanya kan bareng sama lo”. sahut
teman-temannya
“Iya gue telfon gak di angkat, terus gue chat gak
dibalas”. Ucap sinta lagi
“Coba deh lo lihat lagi, siapa tahu Naya chat lo
sekarang”. Sinta pun merogoh handphonenya lalu memasang wajah cemas, setelah
membaca pesan dari Naya. Sintapun bergegas mengambil tasnya lalu pergi kerumah
sakit untuk menemui Naya disana, ternyata sesampainya disana Sinta melihat Naya
yang sedang duduk lemas dan nampak matanya membengkak, sinta langsung
menghampiri Naya dan langsung memeluk erat Naya sambil menangis sejadi-jadinya.
“Udah nay, yang sabar ya, Allah tahu kamu kuat kok”. kata
sinta sambil mengelus Naya
“Gak bisa sin, naya gak bisa terima kenyataan ini, naya
gak punya siapa-siapa lagi selain nenek”. Ucap Naya sambil menangis
“Kamu gak boleh bilang gitu, kan masih ada aku, aku
akan selalu menjadi bahu untuk jadi sandaranmu” ucap Sinta kembali, namun Naya
masih saja tidak terima dengan apa yang telah terjadi dan ia merasa tidak punya
siapa-siapa lagi.
Sinta tidak tega melihat kehidupan sahabatnya itu, ia
paham betul perasaan yang sedang mencekam dalam dirinya, ia harus membuat
sahabatnya kembali bangkit walau berada dalam kehidupan yang suram, kemudian Sinta
membuka pelukan erat naya sambil menasehati nya dan menenangkan pikiran naya. Merekapun
bersiap-siap untuk menuju pemakaman neneknya.
*****
Seiring
berjalannya waktu Naya dan Sinta pun lulus dari sekolahnya, masing-masing
berjalan pada arah yang dituju mereka dengan scenario dari-Nya, Sinta menggapai
keinginannya untuk kuliah sedangkan Naya bekerja untuk biaya hidup dan juga
kuliahnya.
SEKIAN
*Siswi kelas XII MIPA
0 Komentar:
Posting Komentar